Sidoarjo-Gresik Dicerai dari Aglomerasi, Kini Surabaya PPKM Level 1


Pemerintah kembali memperpanjang PPKM di Jawa-Bali hingga 1 November nanti. Terbaru, penentuan level tidak dalam satu wilayah aglomerasi. Nah, setelah Sidoarjo dan Gresik ’’dicerai’’ dari aglomerasi Surabaya Raya, akhirnya Kota Surabaya pun langsung turun dua level. Sebelumnya PPKM level 3, kini berada di level 1.


Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) terbaru nomor 53 tahun 2021, di Provinsi Jatim hanya ada lima kabupaten/kota yang kini masuk di PPKM level 1. Yakni, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Kediri, dan Kota Blitar. Sedangkan Sidoarjo dan Gresik yang satu wilayah aglomerasi Surabaya, hanya turun satu level. Yakni, dari PPKM level 3 ke level 2.


Kebijakan perubahan syarat PPKM level 1-4 di Jawa-Bali tersebut disampaikan Menko Luhut Binsar Pandjaitan, Senin malam (18/10). ‘’Atas persetujuan dari Presiden, syarat vaksinasi kabupaten/kota di aglomerasi diubah berdasarkan pencapaian kabupaten/kota itu sendiri, selama keseluruhan aglomerasi sudah memenuhi syarat WHO untuk turun level,’’ ujarnya.


Di aglomerasi Surabaya Raya, pencapaian vaksinasi di Kota Surabaya memang paling cepat dan terbanyak di Jatim. Data dari dashboard Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sampai Senin (18/10) pukul 12.00 WIB, capaian vaksinasi dosis pertama di Kota Surabaya sudah menembus 2,5 juta orang (112,74 persen) dan dosis kedua mencapai 1,91 juta orang (86,31 persen).


Adapun capaian vaksinasi di Sidoarjo, dosis pertama 1,17 juta orang (72,55 persen) dan dosis kedua baru 644,97 ribu orang (39,95 persen). Lalu, di Gresik, cakupan vaksinasi dosis pertama 742,4 ribu orang (73,38 persen) dan dosis kedua baru 387,69 ribu orang (38,31 persen).


Dari data tersebut, capaian vaksinasi di Sidoarjo dan Gresik untuk dosis pertama sudah di atas 70 persen sebagai syarat minimal herd immunity. Namun, dosis kedua masih di bawah 40 persen.


Selain indikator vaksinasi, Kota Surabaya layak di PPKM Level 1 karena dianggap telah memenuhi syarat indikator dari WHO atau organisasi kesehatan dunia. Indikator itu adalah kasus konfirmasi positif Covid-19 kurang dari 20 orang per 100 ribu penduduk per minggu. Selain itu, jumlah pasien positif rawat inap di rumah sakit kurang dari 5 orang per 100 ribu penduduk, dan kasus kematian kurang dari 1 orang per 100 ribu penduduk.


Jumlah kasus aktif di Kota Surabaya, dalam beberapa hari terakhir juga terus mengalami penurunan. Jumlah pasien sembuh, jauh lebih banyak ketimbang tambahan kasus positif harian. Bahkan, kasus aktif di Kota Surabaya kini lebih rendah dibandingkan dengan Sidoarjo dan Gresik. Padahal, jumlah populasi penduduk Surabaya jauh lebih besar dari dua kota terdekatnya tersebut.


Dari data yang diunggah Pemprov Jatim per 18 Oktober, jumlah kasus aktif di Surabaya tinggal 15 orang. Sedangkan, kasus aktif di Gresik sebanyak 25 orang dan Sidoarjo 19 orang. Kasus aktif itu adalah warga yang saat ini masih terkonfirmasi positif Covid-19 dan tengah menjalani perawatan. Baik di rumah sakit maupun isolasi.


Dengan berstatus PPKM level 1 tersebut, maka akan semakin banyak pemberian kelonggaran di Kota Surabaya. Baik di bidang pendidikan, parwisata, aktivitas sosial kemasyarakatan, hingga pergerakan ekonomi.


Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono turut mengucap syukur atas penurunan level PPKM tersebut. Dia mengatakan, penurunan level untuk Kota Surabaya dari PPKM level 3 dan kini berubah menjadi level 1 itu berkat gotong royong dan kerja bersama yang sungguh-sungguh segenap stake holder dalam menangani pandemi Covid-19. Mulai pemkot, TNI-Polri, organisasi hingga elemen masyarakat.


‘’Dengan demikian, saatnya Surabaya bangkit kembali menggerakkan roda perekonomian demi kesejahteraan warga Kota Surabaya. Namun, tentu dengan capaian ini jangan lantas membuat kita euforia berlebihan. Tetap, patuh dan terus disiplin protokol kesehatan,’’ ujarnya.


#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar