Libur Panjang Jadi Momentum Industri Pariwisata Bangkit


Pengamat pariwisata sekaligus pendiri Temannya Wisatawan, Taufan Rahmadi mengatakan, libur panjang di akhir Oktober ini membawa angin segar bagi industri pariwisata. Menurutnya, momentum ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku wisata untuk kembali meraih kepercayaan para wisatawan domestik.



Salah satu hal yang terpenting adalah, pengelola wisata menaati dan menerapkan dengan disiplin protokol kesehatan di tempat usahanya. Mulai dari menyediakan fasilitas tempat mencuci tangan, membatasi jumlah pengunjung, mengecek suhu tubuh, dan mewajibkan pengunjung menggunakan masker saat mengunjungi kawasan wisata.



“Ini momentum bagus, ini bisa menjadi uji coba dari masing-masing detinasi untuk menguji bagaimana protokol Covid-19 dijalankan secara konsisten di objek-objek wisata di daerah,” terangnya saat dihubungi, Kamis (29/10/2020).



Di masa seperti inilah kelompok sadar wisata (Pokdarwis) harus didorong untuk menjadi garda terdepan penguatan industri pariwisata di setiap daerah. Salah satu upaya yang bisa digerakkan adalah dengan mengedukasi pentingnya penerapan protokol 3M kepada masyarakat yang tinggal di area destinasi dan juga wisatawan yang berkunjung.



“Ini upaya berbagi tanggung jawab, para wisatawan harus tahu apa saja yang mereka harus jaga, dan kawan-kawan yang melayani wisatawan juga. Saling menjaga dan bertanggung jawab,” terang penulis buku Protokol Destinasi: Panduan Pemulihan Destinasi Wisata di Era New Normal .



Dalam kurun waktu sampai minggu depan, pemerintah dan dinas pariwisata daerah diharapkan dapat memantau tren libur panjang ini untuk melihat seberapa jauh kedatangan para wisatawan ke objek wisata di daerah mereka.



Data-data ini bisa menjadi bahan analisa untuk bersiap di tahapan cuti dan liburan berikutnya. Inilah wujud optimisme bersama, untuk menyambut kebangkitan pariwisata Indonesia.



Dalam kesempatan ini, Taufan pun memberikan prediksi baru terkait dengan tempat wisata favorit yang diminati masyarakat di era new normal. Menurutnya, di situasi pandemi ini masyarakat lebih memilih kawasan wisata alam yang jauh dari keramaian. Hal ini senada dengan anjuran para ahli epidemiolog yang mengimbau masyarakat untuk mencari kawasan wisata outdoor , sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya penularan virus Covid-19.



“Selain objek wisata yang tidak jauh dari tempat tinggal, pulau, resort dan homestay terpencil, ini bisa jadi peluang bisnis bagi para pelaku pariwisata. Mereka (pelaku wisata) harus kreatif saat ini, dengan menemukan destinasi baru yang relatif jauh dari jangkauan, berada dalam daerah yang selama ini bukan jadi target mass tourism. Kemas paket dengan menarik, dan sebarkan di media sosial. Sehingga, masyarakat bisa memilih paket liburan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ungkapnya.



Kurangi Penularan

Ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia Dr dr Tri Yunis Miko, MSc, memberi tips aman berwisata di tengah pandemi Covid-19. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam menyiapkan liburan menurut Tri adalah menentukan tujuan wisata.



Ia menyarankan untuk memilih lokasi wisata di zona hijau dan menghindari zona jingga atau oranye, terlebih zona merah Covid-19. Sedangkan zona kuning dapat dijadikan sebagai opsi jika tidak memilih tujuan wisata di zona hijau.



“Selain para wisatawan, pengelola kawasan wisata ataupun akomodasi juga dapat memastikan hal ini. Dari mana saja pengunjungnya berasal. Pengelola hotel juga sebaiknya meminta surat keterangan tes rapid atau swab kepada para pengunjung. Jangan sampai, kamar-kamar hotel terkontaminasi oleh virus Covid-19,” terangnya.



Kemudian, wisatawan juga bisa memilih lokasi hiburan yang dituju berada di tempat terbuka seperti pantai atau wisata pegunungan ( outdoor ). Hindari lokasi wisata di ruang tertutup tanpa cahaya matahari atau sirkulasi udara yang buruk.



Sedangkan pengelola wisata, harus selalu sigap menerapkan dan memantau kondisi lapangan terkait dengan kedisiplinan pengunjung dalam menjalankan protokol 3M. Kemudian, diharapkan pula kapasitas tempat wisata kurang dari 50%.



“Jangan jadikan momen ini hanya untuk mencari keuntungan saja, dan tempat wisata sengaja dipenuhi kunjungan. Pengelola wisata juga harus mementingkan keamanan dan kesehatan para pengunjung dan pekerja,” terangnya.


Beritasatu

#GresikBaik
#infogresik
#Gusfik

Baca juga

Posting Komentar